Sabtu, 19 Februari 2011

Bab III Manusia dan Penderitaan

Nama  : Debby Ayu Permata Sari
Kelas   : 1IA09
NPM    : 51410723
Tugas IBD pertemuan ke-3
deadline rabu, 9 Maret 2011



Manusia dan Penderitaan


Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansakerta yang artinya menahan atau menanggu. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan bisa dapat dari lahir batin. Intensitas penderitaan bertingakat-tingkat, ada yang berat maupun yang ringan. Penderitaan akan dialami oleh semua orang, yang dapat risiko hidup. Tuhan memberikan manusia sebuah kesenangan atau kebahagian kepada umatnya, tetapi juga dapat memberikan penderitaan yang terkkadang manusia sadar. Banyak berbagai kasus penderitaan terhadap dalam kehidupan. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam kehidupannya? Manusia dapat menyembuhkan penderitaannya dengan cara menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya.

Siksaan 

dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Seseorang dapat mengalami siksaan, yang dapat menimbulkan penderitaan. Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari yang sering banyak terjadi. Contohnya: terjadi pembunuhan, perkosaan, perampokan, dan lain-lain.


3 Siksaan yang Bersifat Psikis:
  • Kebimbangan, terjadi pada saat seseorang tidak dapat menentukan pilihan yang ia ambil atau tidak bias mengambil keputusan.
  • Kesepian, merupakan perasaan sepi, sendiri, meskipun berada di tempat yang ramai.
  • Ketakutan, adalah reaksi emosional terhadap budaya.
Studi Kasus
Berita dari Antara:
SEJUMLAH SUAMI LAPORKAN ISTRI KARENA TERSIKSA PSIKIS
Malang, 18/10 (ANTARA) – Tiga orang suami warga Kabupaten Malang, Jawa Timur, melaporkan istrinya masing-masing ke Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Pemkab setempat, karena mengalami siksaan psikis.
Kepala KPPA Kabupaten Malang Dra. Kamti Astuti, Sabtu, mengatakan, ketiga suami yang melaporkan istrinya ke KPPPA itu rata-rata mengalami siksaan psikis seperti berkurangnya rasa hormat sang istri dan tidak mau melayani kebutuhan biologis suami.
Menurut Kamti, siksaan psikis yang dialami ketiga pria itu juga masuk kategori Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), hanya saja biasanya KDRT itu dialami perempuan sekarang yang mengalami laki-laki (suami). Berdasarkan pengakuan ketiga pria tersebut, katanya, istri mereka berubah perilakunya secara drastis setelah pernikahan padahal ketika masih pada masa pacaran para perempuan itu bersikap baik dan manis.
“Kami sudah mempertemukan kedua belah pihak dan hasilnya memang terjadi dan terbukti sesuai laporan ketiga pria yang berstatus suami itu. Kasus ini sudah kami selesaikan secara musyawarah,” kata Kamti.
Menyinggung kasus yang ditangani Ruang Pengaduan dan Konsultasi (RPK) KPPPA Pemkab Malang, Kamti mengatakan, selama kurun waktu 2008 (data hingga September) pengaduan dari masyarakat sebanyak 101 kasus (pengaduan) termasuk tiga kasus KDRT yang dialami ketiga suami tersebut. Dari 101 pengaduan yang diterima dari berbagai pihak itu, 80 persen diantaranya tengah ditangani dan sebagian besar sudah tuntas baik penyelesaian melalui jalan musyawarah maupun melalui proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN). Ia mengatakan, penanganan kasus di RPK KPPPA juga melibatkan berbagai pihak termasuk psikolog, advocad, dokter dan kepolisian.
“KPPPA membuka pintu lebar-lebar bagi pasangan suami-istri yang menndapat perlakuan tidak menyenangkan baik kekerasan fisik maupun psikis untuk melapor. Kami siap membantu,” katanya menambahkan.
Pada tahun 2007, KPPPA Pemkab Malang telah menangani sekitar 120 pengaduan kasus KDRT dan Perdagangan Perempuan (trafficking).

Kekalutan Mental

Secara sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah 

  • nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak nafas, demam, nyeri pada lambung
  • nampak pada kejiwaan dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Gejala-Gejala timbulnya kekalutan mental adalah sebagai berikut :
  • kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
  • terjadi konflik sosial budaya
  • Cara pematangan batin salah dengan memberi reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Ketakutan mental yang dialami seseorang dapat mendorong ke arah positif maupun negatif. Positif seperti trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. Sedangkan yang berdampak negatif yaitu trauma yang dialami seseorang diperlarut sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat ketidaktercapaian apa yang diinginkan. Tahap Bentuk frustasi antara lain :
  • Agresi berupa kemarahan yang melupa luap akibat emosi yang tak terkendali secara fisik.
  • Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak – kanakan
  • Fikasi adalah peletakan pembatasan pada suatu pola yang sama (tetap) misalnya membisu
  • Proyeksi merupakan usaha atau memproyeksikan kelemahan dan sikap – sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
  • Identifikasi adalah menyamakan diri sendiri dengan seseorang yang sudah sukses salam imaginasinya.
  • Narsisme adalah self love berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya superior daripada orang lain.
  • Autisme adalah menutup diri secara total dari dunia riil, dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat sinting.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut:
a. kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempuma; hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
b. terjadinya konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan dirinya lagi, misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, orang desa yang telah mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dan masa jayanya dulu.
c. cara pematangan batin yang salah dengan memberikan realcsi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial over acting sebagai overcompensatie.

Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorongnya ke arah
a. Positif : trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegitan yang positif setelah kejatuhan dalam kehidupan.
b. Negatif : trauma yang dialami diperlannkan atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi,yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan. 

Beberapa Bentuk frustasi antara lain :
1)    agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitamya.
2) regresi adalah kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanankan (infantil), misalnya dengan menjerit-jerit,menangis sampai meraung-raunganemecah barang-barang.
3) fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4) proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah: awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai yang terjungkit.
5) identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya, misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6) narsisme adalah self love yang berlebihan, sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
7) autisme adalah gejala menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, is puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting. Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1) kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang tidak mau tahu keperluan hidupnya, sebagian orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang lain akibat egoisme sebagai ciri masyarakat kota.
2) anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan hidupnya akibat norma lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang tengah berlaku.
3) wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan) daripada kaum pria
4) orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan yang sulit orang yang demikian ini mudah sekali mengalami penderitaan.
5) orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak

Opini
Mungkin, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan masalan spiritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu. Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia memang merupakan beban berat, sehingga didunia ini benar-benar menimpakan neraka dalam hidupnya. Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama menderita, biasanya terlontar kata-katanya lebih baik mati daripada hidup, dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan "pintas" dengan bunuh diri. Kekalutan jiwa sebenernya bisa disembuhkan dari lingkungan keluarganya sendiri. Kenapa demikian? karena keluarga adalah sosok yang bisa membagkitkan pikiran kita dari gangguan kekalutan mental tersebut. kalau tidak cepat-cepat bertindak, maka syaraf otak akan rusak dan tekanan darah menjadi tidak stabil.


Sumber :
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab6-manusia_dan_penderitaan.pdf
http://trimaaja.blogspot.com/
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/121856

Tidak ada komentar:

Posting Komentar